SIARAN PERS FORUM TEMPE INDONESIA 'BETULKAH TEMPE PENYEBAB KANKER? INI KATA AHLI..'


SIARAN PERS

FORUM TEMPE INDONESIA


BETULKAH TEMPE PENYEBAB KANKER? INI KATA AHLI..

 

Jakarta, 15 Juli 2025

 

Beberapa waktu ini mayarakat di buat takut mengkonsumsi tempe ulah konten media sosial yang mengatakan bahwa tempe dengan kedelai impor menyebabkan kanker.

Dua hal yang menjadi alasan penulis konten adalah semua kedelai impor adalah GMO dan kedelai GMO mengandung residu Glyphosate (terkandung pada herbisida).

 

Dalam hal ini perlu dipahami terlebih dahulu apa itu kedelai GMO dan bagaimana dampak residu Glyphosate bagi manusia dan apakah proses pengolahan tempe seperti perebusan, fermentasi, dll dapat mengurangi jumlah residu Glyphosate?

 

Seperti diketahui banyak sekali menfaat mengkonsumsi tempe seperti sumber protein, sumber vitamin B12 dan lain sebainya yang telah di buktikan oleh banyak sekali penelitian ilmiah baik dari dalam dan luar negeri. Oleh karena itu tidak ada alasan untuk tidak mengkonsumsi tempe baik yang berasal dari kedelai lokal maupun impor.

 

Tempe bukanlah makanan baru bagi masyarakat Indonesia. Mungkin hampir setiap hari dan nyaris di mana pun bisa dengan mudah menemukan makanan ini. Dari restoran hingga warung-warung makan sederhana, tempe bisa dijumpai dengan berbagai olahan. Semakin banyak orang menyadari bahwa selain harga yang terjangkau, rasa yang lezat, dan fleksibilitas dalam pengolahan, tempe juga mendatangkan banyak manfaat bagi kesehatan.

 

Namun, di balik popularitasnya, masih beredar informasi terkait bahaya tempe karena berbahan dasar kedelai genetically modified organism (GMO), atau Pangan Rekayasa Genetika yang menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat.
 
Mengutip dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada 2023, GMO adalah organisme yang materi genetiknya telah diubah secara sengaja menggunakan teknik rekayasa genetika modern. Dalam konteks pertanian, seperti kedelai GMO, teknologi ini dikembangkan untuk meningkatkan hasil panen, ketahanan terhadap hama, dan efisiensi produksi, sebagai bagian dari strategi menghadapi tantangan ketahanan pangan global.

 

 

 

Kekhawatiran terhadap kedelai GMO umumnya bersumber dari asumsi bahwa produk rekayasa genetika berpotensi memicu gangguan kesehatan. Beredarnya informasi terkait bahaya tempe karena berbahan dasar kedelai GMO di ruang publik inilah yang kemudian menjadi pemantik perbincang awal Forum Tempe Indonesia (FTI) dalam Podcast NgOPi (Ngobrol Tempe bareng FTI) di kanal youtube @mytempe indonesia dengan Prof Ahmad Sulaeman sebagai Pakar Keamanan Pangan, yang merupakan anggota Komisi Kemanan Hayati – Pangan Produk Rekayasa Genetika (KKH PRG).

 

“Masyarakat Indonesia sudah puluhan tahun mengonsumsi beraneka Pangan produk rekayasa genetika. Seperti roti, biscuit, mie instan, yang berbahan dasar gandum GMO. Atau pun jagung, kentang, tomat, yang bibitnya dari rekayasa genetika. Dan juga tempe dan tahu dari kedelai impor yang merupakan hasil dari rekayasa genetika. Dan sepanjang yang Saya pernah baca belum ada penelitian atau bukti klinis yang kuat bahwa produk rekayasa genetika menyebabkan kanker,” jelas Prof Ahmad Selaeman, Guru Besar Bidang Keamanan Pangan IPB. 

 

Prof Ahmad Sulaeman yang juga Ketua Umum PERGIZI PANGAN Indonesia serta Ketua Indonesia Soyfood and Beverages Network menambahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan bahwa makanan GMO yang saat ini tersedia di pasar internasional telah lulus penilaian keamanan dan tidak menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia. Selain itu, tidak ada efek pada kesehatan manusia yang ditunjukkan sebagai akibat dari konsumsi makanan tersebut oleh masyarakat umum di negara-negara tempat makanan tersebut telah disetujui.

 

”Bibit hasil Rekayasa Genetika memang dirancang untuk memiliki keunggulan dibanding bibit konvensional, karena produksi pangan pada kenyataannya kalah kecepatannya dengan pertumbuhan penduduk apalagi dengan perubahan cuaca dan ancaman hama. Pangan Produk rekayasa genetika memang dipilih agar mampu mengatasi berbagai hambatan dan meningkatkan manfaat baiknya, apalagi sudah pasti produk hasil rekayasa genetika lebih minim penggunaan pestisida dan herbisida,” jelas Prof Ahmad Sulaeman.
 

Melansir data BPS, impor kedelai Indonesia tahun 2024 sebesar 2,676 juta ton atau naik 17,68% dari 2023. Sementara produksi kedelai lokal tahun 2024 hanya mencapai 558.600 ton dan terus menurun setiap tahunnya. Kedelai yang di impor adalah kedelai GMO dan hal ini telah berlangsung sejak 25 tahun yang lalu. Hingga saat ini belum ada laporan atau penelitian yang menyebutkan bahwa Kedelai GMO menjadi penyebab penyakit berbahaya.

 

Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui laman Kominfo Digital melansir turnbackhoax.id menyebutkan bahwa produk kedelai GMO yang dikonsumsi warga Indonesia sudah dipastikan aman konsumsi oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan

 

Dengan pemberitaan dan pemberian informasi ini, Forum Tempe Indonesia berharap masyarakat mendapatkan informasi yang tepat dan akurat. Dengan perkembangan berbagai macam media sosial saat ini memang kita harus lebih teliti dalam menerima informasi.

 

”Kepada seluruh pihak apakah praktisi kesehatan, akademisi atau influenser, Kami menghimbau agar memberikan informasi yang bisa dipertanggungjawabkan dengan data dan fakta yang jelas. Jangan sampai masyarakat kita disuguhi informasi yang menyesatkan, karena ada lebih dari 150 ribu perajin tempe yang mungkin saja akan terdampak karena informasi yang menyesatkan atau hoaks ini. Apalagi terkait Tempe yang tidak hanya dibuat dari kedelai tapi juga merupakan warisan budaya leluhur bangsa kita.” ujar Prof. Hardinsyah, Ketua Umum Forum Tempe Indonesia.

 

Terkait pemberitaan tentang residu Glyphosate pada kedelai GMO maka harus dipahami bahwa penggunaan herbisida yang mengandung Glyphosate tidak terbatas hanya pada tanaman kedelai dan telah di izinkan penggunaanya oleh USDA (Departemen Pertanian U.S) semenjak tahun 1994. Penggunaanya pun diawasi secara ketat oleh EPA (Badan Perlindungan Lingkungan U.S) dan FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan U.S). Selain Amerika Serikat penggunaan herbisida yang mengandung Glyphosate juga dilakukan di Uni Eropa dan disetujui oleh EFSA (Otoritas Keamanan Pangan Eropa) dan ECHA (Badan Otoritas Kimia Eropa). Oleh karena itu dengan ketatnya pengawasan penggunaan herbisida di luar negeri maka sampai dengan saat ini belum ditemukan bukti ilmiah tentang bahaya residu Glyphosate pada produk pangan bagi manusia.

 

Apalagi faktanya jasad renik Rhizopus Spp dalam ragi tempe yang berperan dalam produksi tempe dari kedelai GMO dapat hidup dan tumbuh berkembang sehingga tempe tampak putih di selimuti miselium jasad renik. Ini pertanda bahwa jasad renik dapat hidup pada kedelai GMO impor sekalipun. Bila terdapat residu Glyphosate dalam jumlah yang melebihi batas aman, pasti rhizopus spp tidak akan tumbuh dengan baik.  Pengolahan tempe juga dilakukan dalam beberapa tahapan seperti pencucian, perendaman, pengasaman, perebusan dan fermentasi. Menurut para ahli semua proses tersebut mampu mendegradasi komponen kimia yang terkandung pada kedelai.

 

Tempe Superfood Pemenuhan Gizi di Program Makan Bergizi Gratis (MBG)

Sementara itu, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan pemerintah bertujuan memastikan akses masyarakat terhadap pangan bergizi seimbang, terutama bagi kelompok rentan seperti anak sekolah, ibu hamil, dan lansia. Dalam implementasinya di sekolah, tempe sering ada dalam salah satu komponen menu MBG guna memenuhi kebutuhan protein harian anak-anak untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan kognitif. 

 

Badan Gizi Nasional selaku pelaksana program pemenuhan Gizi Nasional hanya menentukan standart gizi yang harus disajikan dalam setiap porsi makan. Dalam hal pemenuhan protein sebesar 30% tentunya selain protein hewani seperti ayam atau daging, Tempe tentunya menjadi pilihan para ahli gizi.

 

“Tempe itu sebenarnya tidak diwajibkan juga itu udah muncul dengan sendirinya, dengan harga yang terjangkau, kemudian itu juga memang sudah menjadi preferensi masyarakat, dan itu juga menghidupkan umkm setempat, jadi memang dan juga manfaat dari tempe itu sangat baik yah bagi meningkatkan imun anak.. Oleh karena itu tempe ini merupakan bagian dari menu yang sudah sangat luar biasa,” ujar Prof. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS, Staff Khusus Badan Gizi Nasional – Guru Besar FEMA IPB University

 

Kehadiran tempe dalam menu MBG, menurut FTI akan mendukung produksi tempe lokal di hampir semua daerah di Indonesia, mengurangi biaya transportasi dan risiko kerusakan makanan. Perajin tempe lokal yang dilibatkan sebagai mitra program, menciptakan dampak ekonomi positif bagi masyarakat sekitar. Hal ini tentunya menjadi perhatian serius Forum Tempe Indonesia dalam mendorong seluruh pihak terutama pengrajin tempe untuk meningkatkan kualitas produksi agar memenuhi standar keamanan pangan yang ditetapkan oleh BGN.

“FTI sejak berdiri 2008 hingga saat ini memang sangat fokus untuk menaikkan kelas pengrajin tempe agar memenuhi standar keamanan pangan (higienis). Karena selain tempe memiliki keunggulan dari kandungan gizinya, kualitas sebagai bahan pangan tempe juga harus terus ditingkatkan. Masyarakat secara umum dan para stakeholder saat ini bisa dengan mudah menemukan pengrajin tempe di berbagai daerah yang telah kami kurasi dari sisi keamanan pangan dalam website kami,” ujar M. Ridha, Sekjen FTI

 

Forum Tempe Indonesia telah mengkurasi seratusan pengrajin Tempe yang telah memenuhi standart keamanan pangan. Para pengrajin dari seluruh Indonesia ini bisa ditemukan pada website FTI website www.mytempe.id yang diharapkan sebagai media literasi khusus dunia Tempe dan kedelai. Selain website, FTI juga menggunakan Media Sosial seperti Instagram (@mytempe_id) serta youtube Mytempe Indonesia.


Program MBG tidak hanya bertujuan memberikan asupan makanan bergizi, tetapi juga mendidik masyarakat tentang pola makan sehat. Tempe menjadi media edukasi yang efektif tentang pentingnya protein nabati dalam diet harian. Melalui program ini, masyarakat juga mungkin akan lebih terpapar tentang cara mengolah tempe menjadi hidangan lezat dan bergizi dengan bahan-bahan yang relatif terjangkau.

 

Tentang FTI

 

‘FTI sejak berdiri 2008 hingga saat ini memang sangat fokus untuk menaikkan kelas pengrajin tempe agar memenuhi standar keamanan pangan (higienis). Karena selain tempe memiliki keunggulan dari kandungan proteinnya yang sangat tinggi, kualitas sebagai bahan pangan tempe juga harus terus ditingkatkan. Masyarakat secara umum dan para stakeholder saat ini bisa dengan mudah menemukan pengrajin tempe diberbagai daerah yang telah kami kurasi dari sisi keamanan pangan dalam website kami’. ujar M. Ridha, Sekjen FTI

 

Forum Tempe Indonesia telah mengkurasi seratusan pengrajin Tempe yang telah memenuhi standart keamanan pangan. Para pengrajin dari seluruh Indonesia ini bisa ditemukan pada website FTI website www.mytempe.id yang diharapkan sebagai media literasi khusus dunia Tempe dan kedelai. Selain website, FTI juga menggunakan Media Sosial seperti Instagram (@mytempe_id) serta youtube Mytempe Indonesia.

 

Melalui Siaran pers ini FTI juga berharap semakin banyak pengrajin yang bergabung dalam listing kami agar semakin mudah masyarakat menemukan tempe yang berkualitas dan memenuhi standart keamanan pangan.

 

“#TEMPEPANGANGENERASIEMAS : Kampanye FTI  mengajak semua pihak untuk ikut  menyebarkan luaskan manfaat tempe pada GenZ dan generasi selanjutnya. Bahwa Tempe merupakan panganan warisan budaya leluhur yang kaya manfaat dan bernilai gizi tinggi.” Redaksi Mytempe.

 

Tentang MyTempe, di inisiasi oleh FTI, MyTempe hadir sebagai media FTI untuk menyampaikan pesan pesan baik kepada masyarakat Indonesia guna menjaga Budaya Tempe agar terus lestari dan mendunia. Dengan kekuatan social media dan berbagai platform komunikasi MyTempe, kami berharap bisa menjadi referensi masyarakat dan rekan-rekan media untuk mendapatkan informasi yang terpercaya dan akuntabel khusus untuk Tempe, olahan Tempe dan Produk olahan Kedelai lainnya. Di Website kami terdapat katalog produsen Tempe yang telah dikurasi dalam hal penerapan standart minimal produksi yang higenis. Terdapat lebih dari seratus produk UKM yang tergabung dan tersebar di seluruh Indonesia, pembaca juga bisa mencari produk sesuai dengan wilayahnya masing-masing untuk mendapatkan produknya, juga link ke social media atau e-commerce masing-masing UKM.

 

Hormat kami

 

Forum Tempe Indonesia

www.mytempe.id

IG : @mytempe_id