Ragam Pengolahan Tempe untuk Meningkatkan Nilainya
Sumber Gambar : Foto ilustrasi: www.canva.com
Di balik kesederhanaan dan kelezatannya, tempe menyimpan potensi besar untuk diolah menjadi berbagai produk inovatif. Diversifikasi produk tempe menjadi salah satu kunci untuk menjawab tantangan zaman dan meningkatkan nilai jualnya di pasaran.
Hal itu antara lain disampaikan Guru Besar Bidang Pangan, Gizi, dan Kesehatan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB University, Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS dalam De Talks sesi ke-37 PR KSDK BRIN pada Selasa (26 Maret 2024).
Diadakan secara daring, dalam acara bertema “Dari Desa Menuju Dunia: Lika Liku Tempe dalam Kehidupan Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat” itu Made mengatakan bahwa nilai ekonomi tempe itu sangat tinggi dan kita bisa menambahkan nilai tersebut dengan diversifikasi atau pengembangan, yang bisa kita lihat dalam 3 “generasi” (G).
Tempe generasi 1 (G1) merupakan produk olahan tempe yang masih banyak mengandung sifat khas tempe, yaitu rasa, aroma, bentuk, dan warna tempe. Produk tempe dalam G1 yang telah dikenal masyarakat antara lain tempe goreng, tempe bacem, dan keripik tempe.
Selanjutnya tempe generasi 2 (G2) merujuk pada produk olahan tempe yang sudah banyak berkurang sifat khas tempenya, tapi cita rasa tempe masih melekat. Tempe generasi ini diolah terlebih dahulu menjadi tepung yang dapat dicampur dengan bahan lain dalam pengolahannya, membentuk produk baru yang jauh dari kesan tempe. Tempe generasi ini punya kelebihan antara lain memudahkan dalam diversifikasi masa simpan lebih lama, dan mudah dalam distribusi. Contoh dari tempe G2 adalah cookies tempe.
Terakhir, tempe generasi 3 atau G3. “Istilah ini berupa senyaawa bioaktif tempe yang berkhasiat sebagai antikolesterol, antioksidan, antikanker, dan lain-lain. Bisa juga dikembangkan sebagai food suplement yang melibatkan industri pangan, obat, dan farmasi,” papar Made dalam presentasinya. [*]