Pernah Dengar Seitan? Ini Pendapat Ahli Gizi

Sumber Gambar : Foto ilustrasi: Freepik

Seitan (diucapkan sey-tan) menjadi bahan yang banyak dipakai dalam hidangan vegetarian China selama berabad-abad. Bahan ini dikenal pula dengan nama mianjin dalam bahasa Mandarin dan min gan dalam bahasa Kanton. Makanan tradisional ini memiliki sejarah panjang yang berakar pada masakan vegetarian Buddha di Asia Timur, mirip seperti tempe yang memiliki sejarah panjang dalam budaya kuliner Indonesia.

Disebut juga "daging gandum", seitan semakin populer di negara-negara barat sebagai salah satu sumber protein nabati, mendampingi tahu, edamame, atau tempe. Kepopulerannya meningkat seiring dengan tren gaya hidup vegetarian dan vegan yang semakin diminati masyarakat global. Kedua bahan makanan ini - seitan dan tempe - menjadi pilihan utama bagi mereka yang mencari alternatif protein hewani.

Dilansir laman www.eatingwell.com, baik seitan maupun tempe memiliki penampilan yang serupa, putih hingga kuning pucat. Namun, kalau dibelah, seitan menyerupai bentuk daging panggang atau sosis yang sudah dimasak. Sebaliknya, tempe memiliki lapisan kedelai yang ditumpuk satu di atas yang lain, dengan karakteristik khas berupa jamur putih yang mengikat biji-biji kedelai. Secara gizi, seitan juga menawarkan protein seperti halnya tempe, tapi tempe menawarkan protein lengkap karena mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh.

Proses pembuatan kedua makanan ini sangat berbeda. Seitan dibuat dengan membuat adonan dari tepung terigu dan air, sementara tempe dibuat melalui proses fermentasi kedelai menggunakan ragi khusus (Rhizopus oligosporus). Perbedaan proses ini menghasilkan karakteristik nutrisi yang berbeda, di mana tempe tidak hanya kaya protein, tetapi juga mengandung probiotik alami hasil fermentasi. Kemudian, meski sama-sama mengandung protein, protein pada tempe lebih adalah protein lengkap. Tempe juga kaya akan serat, vitamin B12, zat besi, dan antioksidan yang terbentuk selama proses fermentasi.

Di pasar modern, keduanya tersedia dalam berbagai bentuk olahan. Para koki profesional sering menggunakan seitan sebagai pengganti daging dalam masakan Barat, sementara tempe lebih sering digunakan dalam masakan Asia, khususnya Indonesia. Namun, seiring berkembangnya kreativitas kuliner, kedua bahan ini semakin sering dipadukan dalam berbagai fusion food yang inovatif.

Dari segi keberlanjutan lingkungan, baik seitan maupun tempe merupakan pilihan yang ramah lingkungan. Lebih-lebih tempe, yang memiliki keunggulan tambahan karena proses fermentasinya yang sederhana dan penggunaan energi yang minimal. Selain itu, tempe dapat dibuat dari berbagai jenis kacang-kacangan, tidak terbatas pada kedelai saja, memberikan fleksibilitas lebih dalam produksinya. [*]


Create By : Admin
Artikel Lainnya