Kiki, Solo Traveler yang Rindu Tempe Goreng

Sumber Gambar : Tangkapan layar dari akun Instagram/kikipassport
Sesuatu yang kita anggap biasa, mungkin jadi hal yang luar biasa bagi orang lain. Misalnya tempe goreng, yang ternyata begitu disukai oleh Kiki, seorang solo traveler asal Kanada.
 
Sekilas cerita tentang Kiki. Ia meninggalkan rutinitas kerja kantoran di Toronto pada Agustus 2022, lalu pindah ke Tokyo untuk menjadi guru bahasa Inggris. Di negara ini, setiap akhir pekan ia menjelajahi kota-kota Jepang dengan kereta, bus, atau pesawat, hingga akhirnya mengenal daerah-daerah lain di Negeri Sakura yang bahkan jarang dikunjungi turis.
 
Dari Jepang, Kiki melanjutkan langkahnya ke Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Sri Lanka, dan negara lain. Perjalanan itu bukan hanya memungkinkan ia bisa melihat pemandangan indah atau destinasi eksotis, tetapi juga proses menemukan diri dan keberanian untuk hidup di luar zona nyaman.
 
Hal yang menarik, di antara semua cerita tentang perjalanan lintas negara itu, Kiki menuliskan hal sederhana di akun Instagramnya, @kikispassport: ia rindu tempe goreng dan sambal. Dalam unggahan yang menunjukkan ia sedang makan semangka, Kiki menulis bahwa semangka memang enak, tetapi tetap tidak bisa menandingi nikmatnya tempe goreng ditemani sambal pedas. Ia bahkan bertekad, lain kali akan membawa sambal ke dalam tas ranselnya ketika berkelana.
 
Sekilas, ungkapan itu terdengar sepele. Namun, di baliknya tersimpan makna yang dalam. Kiki bukanlah orang Indonesia, bukan pula seseorang yang tumbuh dengan tempe sebagai menu harian. Dari Kiki kita bisa melihat bahwa tempe bukan hanya soal cita rasa, melainkan juga tentang kehangatan, keterhubungan, dan kenangan yang melekat dalam perjalanan.
 
Hal ini sesungguhnya memperlihatkan sesuatu yang lebih luas: bagaimana makanan khas Indonesia yang terlihat biasa di mata kita, bisa menjadi sesuatu yang sangat berharga di mata orang lain.
 
Tempe, yang lahir dari proses fermentasi kedelai yang sudah berabad-abad menjadi bagian dari tradisi kuliner di Indonesia, khususnya Jawa, hadir di di meja makan dengan begitu banyak rupa: digoreng, dibacem, dibuat orek, bahkan kini diolah menjadi makanan yang tak terbayangkan sebelumnya.
 
Sementara itu, di dunia, tempe kini dikenal sebagai salah satu “superfood”. Sebagai sumber protein nabati, ia dianggap ramah untuk vegetarian maupun vegan. Di banyak kota besar dunia, restoran dan kafe mulai memasukkan tempe ke dalam menu sehat mereka. 
 
Lebih jauh lagi, tempe juga berpotensi menjadi alat diplomasi budaya. Bayangkan ketika seorang traveler asal Kanada berbicara kepada publik internasional tentang kerinduannya terhadap tempe goreng. Itu secara tidak langsung mempromosikan kekayaan kuliner Indonesia. Tempe, dalam hal ini, bukan hanya makanan, melainkan cerita. Ia bercerita tentang keberlanjutan, tentang pola makan sehat, sekaligus tentang pengalaman emosional yang membekas.

Create By : Admin
Artikel Lainnya