Tempe di Panggung Dunia: Dari Makanan Harian ke Tren Global
Sumber Gambar : Foto ilustrasi: www.canva.com
Siapa sangka, makanan rumahan yang sering hadir di meja makan orang Indonesia kini mulai dilirik dunia? Tidak percaya? Ini buktinya!
Menurut laporan dari Grand View Research, nilai pasar tempe secara global telah melampaui 5 juta dolar AS pada 2023, dan diprediksi tumbuh hingga sekitar 7,68 juta dolar pada 2030. Angka-angka ini bukan sekadar statistik, ini pertanda bahwa dunia mulai membuka diri terhadap sumber protein nabati yang lebih sehat, ramah lingkungan, dan kaya nutrisi. Di kawasan Amerika Utara, misalnya, tempe mencatat pangsa pasar sebesar 19,4 persen pada 2023, didorong oleh tren pola makan vegetarian dan berbasis nabati yang terus meningkat.
Hal yang menarik, tempe yang paling diminati di pasar global bukanlah tempe segar seperti yang biasa kita temukan di Indonesia, melainkan tempe beku. Mengiringi tren ini, sejumlah produsen internasional mulai berinovasi, antara lain lewat strategi pemasaran, dengan memasukkantempe dalam menu makanan yang menyesuaikan lidah global—tempe kini tampil dalam bentuk burger hingga melengkapi salad. Pendekatan ini membuat tempe lebih mudah diterima oleh konsumen internasional tanpa menghilangkan esensinya.
Di sinilah peran Indonesia menjadi sangat krusial. Sebagai negara asal tempe dengan warisan budaya yang kuat, Indonesia punya peluang besar untuk tampil sebagai pusat inovasi dan edukasi tempe dunia. Peluang ini bisa diwujudkan melalui pelatihan UMKM agar mampu menghasilkan tempe berkualitas ekspor, pengembangan desain kemasan yang menarik, hingga pembuatan platform digital yang mengenalkan ragam resep tempe nusantara dalam berbagai bahasa.
Bagi masyarakat Indonesia, tren ini bukan sekadar alasan untuk bangga, ini adalah kesempatan nyata. UMKM pembuat tempe bisa naik kelas jika mampu memenuhi standar global. Konsumen dalam negeri pun bisa melihat bahwa makanan yang selama ini dianggap sederhana ternyata mendapat tempat istimewa di mata dunia. Dari sisi kesehatan dan lingkungan, tempe menawarkan solusi: kaya protein, tinggi serat, mengandung probiotik alami, serta memiliki jejak karbon dan konsumsi air yang jauh lebih rendah dibandingkan sumber protein hewani.
Saat ini dunia tengah mencari alternatif pangan yang sehat dan berkelanjutan—dan tempe hadir sebagai jawaban yang sederhana namun kuat. Jika selama ini kita melihat tempe sebagai lauk sehari-hari, kini saatnya menjadikannya sebagai aset strategis bangsa. Kita tidak hanya bisa menikmati, tapi juga membangun ekosistem yang menjadikan tempe sebagai bintang global—dengan tetap menjaga identitasnya sebagai warisan kuliner Indonesia.