Pernah dengar istilah picky eater? Istilah ini merujuk pada perilaku seseorang yang sangat pilih-pilih makanan. Perilaku yang menjadi ciri pemilih makanan ini misalnya menghindari daging, ikan, dan buah.
Perilaku itu tidak hanya ditemukan pada anak-anak, lo! Tim peneliti dari Universitas Bristol, Inggris, dalam publikasi di jurnal Human Nutrition and Dietetics menulis, anak yang pada usia tiga tahun mulai pilih-pilih makanan cenderung tetap akan menjadi pemilih makanan di usia 13 tahun.
Perilaku ini tidak bisa dianggap sepele, karena pada anak-anak hal ini bisa menyebabkan frustrasi, stres, dan kecemasan bagi orangtua atau pengasuh. Sering kali perilaku ini malah menyebabkan orangtua/pengasuh menekan anak untuk makan, di mana strategi semacam itu dapat menyebabkan stres lebih lanjut bagi anak dan pengasuhnya.
Sementara itu pada 2019 dalam Journal of Universitas Airlangga menyebutkan bahwa anak prasekolah membutuhkan zat gizi yang cukup untuk pertumbuhan yang pesat. Perilaku pilih-pilih makan akan memengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi menjadi kurang beragam. Apabila hal ini terjadi terus menerus akan mempengaruhi tingkat kecukupan zat gizi dan status gizi.
Peluang
Ketika anak atau remaja yang tergolong picky eater menghindari tempe, mereka berisiko tidak memperoleh berbagai manfaat nutrisi yang terkandung di dalamnya. Tempe, makanan fermentasi dari kacang kedelai ini, bukan hanya murah dan mudah didapat, tapi juga kaya protein nabati, vitamin B12, serat, dan probiotik.
Teksturnya empuk, rasanya netral, dan bisa diolah dalam banyak bentuk, dari yang gurih hingga manis. Nah, karena fleksibilitasnya inilah tempe punya potensi besar untuk menembus hati para picky eater, karena kunci menghadapi picky eater bukan hanya soal nutrisi, tapi juga presentasi. Tempe bisa diolah jadi nugget, burger, bola-bola goreng, bahkan dimasukkan ke dalam mie atau nasi goreng, atau bentuk olahan lain yang familiar sehingga si picky eater mau mengonsumsi tempe.
Beberapa orang tua bahkan menyiasatinya dengan memberi "nama ajaib" seperti "bola keju tempe" atau "tempe crispy ala restoran cepat saji". Terkadang, yang dibutuhkan hanyalah sedikit kreativitas agar anak tidak merasa dipaksa makan makanan yang "asing".
Banyak orang menganggap tempe sebagai makanan "biasa". Padahal, dengan pengemasan yang tepat, baik dari segi rasa, bentuk, maupun cerita, tempe bisa menjadi salah satu makanan favorit lebih banyak orang.
Bahkan, sekarang mulai banyak produk tempe inovatif, seperti tempe dari kacang arab atau tempe snack rendah lemak, yang lebih ramah untuk anak dan remaja masa kini.
Menghadapi picky eater memang tak mudah, tapi bukan tak mungkin. Tempe bisa menjadi solusi sehat dan hemat yang selama ini terabaikan. Dengan kreativitas dan kesabaran, tempe bisa bertransformasi dari makanan "yang itu-itu saja" menjadi hidangan lezat yang disukai seluruh keluarga.