Jejak Karbon Rendah, Inilah Contoh Pertanian Berkelanjutan

Sumber Gambar : Foto: USSEC
Banyak aktivitas manusia yang meninggalkan jejak karbon.
 
Apa itu jejak karbon? Kata yang akhir-akhir ini sering disebut, terutama dalam kaitannya dengan kerusakan lingkungan ini adalah jumlah karbon atau gas emisi yang kita hasilkan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
 
Dari hal yang tampak sepele, misalnya makan. Itu saja bisa meninggalkan jejak karbon.
 
Bagaimana bisa? Begini ceritanya, sebelum siap disantap, makanan itu pasti sudah melewati perjalanan panjang. Bayangkan, dari proses mengolah/memasak, perjalanan kita untuk membeli bahan tersebut. Sebelum itu, perjalanan dari petani/peternak sampai ke pasar atau ke warung tempat kita membeli. Jangan lupa pula, pertanian juga membutuhkan pupuk, air, dan energi agar produktif.
 
Semua itu membutuhkan energi, yang sebagian besar bermuara ke bahan bakar fosil. Inilah yang kemudian memicu emisi gas rumah kaca (GRK). Sekadar mengingatkan, gas rumah kaca adalah gas di atmosfer yang menyebabkan efek seperti rumah kaca yang memerangkap panas di Bumi sehingga suhu naik. Kita kemudian mengenal ini sebagai pemanasan global.
 
Nah, seandainya pada tahap-tahap itu kita bisa mengurangi jejak karbon, ini tentu berdampak positif terhadap lingkungan. Misalnya saat berbelanja, alih-alih menggunakan kendaraan bermotor, kita bisa berjalan kaki atau menggunakan sepeda yang lebih ramah lingkungan jika jaraknya cukup dekat.
 
Sementara di tingkat petani, usaha untuk menekan jejak karbon sudah dilakukan oleh para petani kedelai di Amerika Serikat.
 
Sebagaimana dilansir www.poultryindonesia.com, Blonk Consultants dari Belanda beberapa waktu lalu memeriksa jejak karbon kedelai AS dibandingkan dengan negara pemasok lainnya di pasar Eropa. Menggunakan penilaian siklus hidup, lembaga ini membandingkan 1 kg kedelai, 1 kg bungkil kedelai di pasar, dan 1 kg bungkil kedelai di negara asal.

Hasilnya, secara umum, AS memiliki hasil panen lebih besar, penggunaan pupuk yang rendah, serta peralatan mesin yang efisien. Hal-hal ini membantu mengurangi jejak karbon U.S. Soy.

Temuan berikutnya adalah perubahan penggunaan lahan berdampak signifikan terhadap jejak karbon. Amerika Serikat adalah negara terdepan di dunia yang melestarikan lahan hutan negara.

Ini tak lepas dari langkah pemerintah AS, yang sejak 1935 lewat Departemen Pertanian AS telah mendorong program konservasi tanah. Petani AS menjaga dengan hati-hati dan memupuk tanah mereka dengan maksud untuk mewariskannya ke generasi berikutnya dalam keadaan yang lebih baik daripada saat pertama kali tanah tersebut didapatkan.

Hal lain, sebagian besar produsen kedelai AS berpartisipasi dalam program keberlanjutan dan konservasi sukarela bersertifikasi dan telah diaudit. Protokol Jaminan Keberlanjutan Kedelai (Soy Sustainability Assurance Protocol atau SSAP) AS, diluncurkan pada 2013 sebagai tanggapan atas permintaan pelanggan akan pasokan kedelai berkelanjutan yang terdokumentasi, merupakan pendekatan agregat yang diaudit oleh pihak ketiga yang memverifikasi produksi kedelai berkelanjutan pada tingkat nasional.

SSAP memberikan sertifikasi pengiriman U.S. Soy sebagai berkelanjutan berdasarkan sistem undang-undang dan peraturan keberlanjutan serta konservasi nasional yang digabungkan dengan penerapan cermat dari praktik produksi terbaik oleh 515.008 produsen kedelai di negara ini.

Langkah dan pencapaian ini bisa jadi cermin, untuk melihat apa saja yang sudqh kita lakukan untuk lingkungan dan generasi setelah kita. [*]


Create By : Admin
Artikel Lainnya