Alat Pembuat Tempe Karya Dua Siswa Indonesia Dipamerkan di Austria
Sumber Gambar : Sumber foto: https://simprug.binus.sch.id
April lalu Tasteatlas, situs web yang menampilkan bermacam informasi
seputar kuliner di dunia, memasukkan tempe goreng dalam 10 besar makanan
vegan terbaik di dunia. Kabar gembira ini menjadi salah satu bukti
kalau tempe tidak hanya tenar di Tanah Air, tapi juga di negara-negara
lain.
Tepatnya dilansir pada 24 April 2023, situs web yang dibuat
oleh jurnalis dan pengusaha asal Kroasia, Matija Babic ini menempatkan
tempe goreng pada posisi enam dalam 10 makanan vegan terbaik di dunia.
Tempe ada di posisi itu setelah Zeytoon parvardeh dari Iran, guacamole
dari Mexico, Muhammara dari Suriah, Yemista atau gemista dari Yunani,
dan mujaddara dari Irak.
Mengiringi kepopuleran tempe di dunia,
dua siswa dari Binus School Simprug ikut serta dalam inovasi teknologi
bernama Portable Machine of Tempeh Making. Teknologi ini dipamerkan
dalam Festival Ars Electronica 2023 di Postcity Linz, Linz, Austria.
Dalam
acara yang diadakan pada 6-10 September 2023 tersebut, booth Binus
School Simprug mengusung tema “Tempeh Universe: Revealing the Secret of
Tempeh – Indonesian Food Heritage and Vegan Life”. Di dalamnya
ditampilkan mesin portabel pembuat tempe. Seperrti namanya, ini adalah
sebuah alat yang bisa mengolah kedelai menjadi tempe.
Mengutip
https://simprug.binus.sch.id, Portable Machine of Tempeh Making adalah
hasil karya dua siswa kelas 10 dari Binus School Simprug, Kenneth
William Santoso dan Davrell Mylka Jowkins. Kehadiran mereka dalam acara
internasional ini didampingi oleh guru dari Binus School Simprug, Dr.
Savita sebagai mentor penelitian; Pemimpin Kelompok Minat Penelitian,
Dr. Rinda Hedwig; Koordinator Penelitian & Pengembangan dari
Departemen Teknik Komputer Universitas Binus, Marcel Saputra; serta Chef
Trias Septyoari Putranto.
Cara kerja mesin tersebut, sebagaimana
dijelaskan Kenneth dan Davrell, relatif sederhana, karena mesin ini
dapat mengontrol seluruh tahapan pengolahan tempe, mulai dari proses
awal pencucian kedelai, perebusan, hingga pengupasan kulit kedelai.
Ditambahkan oleh Davrell bahwa mesin ini juga akan menambahkan ragi yang
menjadi salah satu komponen utama dalam pembuatan tempe. Suhu mesin
juga diatur pada suhu ruangan dan dilengkapi dengan sirkulasi udara
untuk membantu proses fermentasi.
"Langkah pertama yang dilakukan
mesin ini adalah merendam kedelai selama 6 jam sementara mesin berayun
bolak-balik untuk memastikan pemisahan kulit dari biji. Selanjutnya,
mesin akan membawa kedelai dan air ke suhu mendidih, kemudian mesin akan
meningkatkan kecepatan rotasi untuk memastikan pemisahan kulit dari
biji," jelas Davrell.
Kenneth melanjutkan bahwa hasil dari proses
yang terkontrol tersebut adalah terbentuknya sajian tempe yang utuh.
Mesin ini melakukan seluruh proses dari kedelai hingga menjadi tempe,
memberikan konsumen kualitas yang konsisten dengan usaha yang lebih
sedikit.
Mesin pembuat tempe portabel ini rencananya akan
dipasarkan di negara-negara non-Asia, kecuali Jepang, dengan tujuan
utama untuk mempromosikan makanan tradisional Indonesia ke dunia.
"Selama
pameran di Austria, respons yang kami terima sangat antusias. Terlihat
bahwa banyak orang di Eropa sangat tertarik pada teknologi pengolahan
tempe ini, dan mereka juga tampak menikmati hidangan yang terbuat dari
tempe," ungkap Dr. Savita. [*]