Berkat Proses Fermentasi, 4 Makanan Ini Mendatangkan Kebaikan bagi Usus

Sumber Gambar : Foto ilustrasi: www.canva.com
Sejak dulu, manusia mengenal teknik fermentasi untuk mengawetkan makanan. Dalam prosesnya, mikroorganisme seperti bakteri, jamur, atau ragi digunakan untuk mengawetkan makanan dan minuman. Mikroorganisme ini sangat bermanfaat untuk kesehatan pencernaan kita. Namun perlu diingat, tidak semua makanan fermentasi memiliki kualitas yang sama.
 
Saat menyajikan makanan fermentasi, simpanlah dalam kondisi dingin atau suhu ruang untuk menjaga manfaat kesehatannya. Ahli gizi Elena Holmes dalam www.veganfoodandliving.com mengatakan, "Sayangnya, panas dapat membunuh bakteri, termasuk probiotik. Meski begitu, makanan fermentasi yang dimasak dengan api kecil masih mempertahankan sebagian vitamin dan serat prebiotiknya, tetap enak, dan mudah dicerna."
 
Mau tahu apa saja makanan hasil fermentasi? Berikut ini beberapa di antaranya.
 
Sauerkraut dan kimchi
Kedua makanan berbahan dasar kubis ini dibuat melalui proses fermentasi asam laktat. Sayurannya dipotong halus dan digarami sebelum direndam dalam air. Proses ini memungkinkan bakteri alami mengubah karbohidrat sayuran menjadi asam laktat, yang berfungsi sebagai pengawet alami dan memberikan rasa asam khas.
 
Selama fermentasi, bakteri memproduksi vitamin K dan beberapa vitamin B yang meningkatkan nilai gizinya. Saat mengonsumsi sauerkraut atau kimchi, kita juga mendapatkan bakteri asam laktat yang akan 'menetap' di usus besar dan membantu pencernaan. Faktanya, sayuran fermentasi dapat mengurangi peradangan usus karena bakterinya memiliki efek menenangkan pada dinding usus.
 
Sementara itu, kimchi, yang biasanya terbuat dari sawi putih yang digarami dan sayuran lainnya, dibumbui dengan bawang putih, cabai, dan jahe. Ada ratusan variasi kimchi dengan perbedaan kecil - banyak yang mengandung seafood atau bumbu berbasis ikan. Sayuran fermentasi inilah yang mendatangkan manfaat lebih pada kimchi.
 
Kimchi merupakan sumber beta karoten yang baik (digunakan tubuh untuk membuat vitamin A), kaya vitamin C dan K, serta mengandung banyak kalsium dan zat besi.
 
Miso
Miso dibuat dengan memfermentasi kedelai bersama garam dan koji (nasi yang difermentasi dengan jamur aspergillus oryzae) dalam waktu lama. Untuk membuat koji, aspergillus oryzae dicampur dengan nasi kukus. Jamur ini menghasilkan enzim yang mengubah pati nasi menjadi gula dan protein menjadi asam amino.
 
Hasil akhirnya adalah miso, pasta kental yang kaya asam amino, zat besi, magnesium, mangan, seng, beberapa vitamin B dan vitamin K. Miso juga mengandung jutaan bakteri yang bermanfaat untuk kesehatan usus. Satu-satunya kekurangan miso adalah kandungan garamnya yang tinggi, jadi gunakan secukupnya. Berkat bakteri fermentasinya, miso mengandung sedikit vitamin B12, tapi tidak cukup untuk menjadi satu-satunya sumber.
 
Kombucha
Minuman ini dibuat dengan menambahkan bakteri dan ragi ke teh manis dan membiarkannya terfermentasi selama beberapa hari.
 
Semua mikroorganisme yang bergabung membentuk gumpalan mengambang yang disebut SCOBY (kultur simbiotik bakteri dan ragi), yang bisa digunakan untuk memfermentasi kombucha baru. Asam asetat dalam kombucha memiliki sifat antibakteri dan dapat membantu pengobatan infeksi bakteri dan yang disebabkan ragi candida.
 
Namun, asam ini tidak memengaruhi bakteri fermentasi, sehingga dengan minum kombucha, Anda mendapatkan semua bakteri baik yang dapat membantu meningkatkan pencernaan. Kombucha yang dibuat dari teh hijau juga merupakan sumber antioksidan yang baik.
 
Tempe
Tempe adalah hasil fermentasi dari kacang kedelai. Proses pembuatan melibatkan perendaman kacang kedelai selama beberapa jam, pemasakan, lalu dibiarkan berfermentasi dengan jamur rhizopus oligosporus. Hasilnya adalah kacang kedelai lunak yang diikat oleh miselium putih (jaringan serat tebal) dari jamur. Sebelum dimakan, biasanya tempe dimasak dan diberi bumbu.
 
Karena tempe dibuat dengan kacang kedelai utuh, tempe merupakan sumber protein, lemak sehat, karbohidrat, serat, vitamin B, dan vitamin K. Tempe juga mengandung zat besi, kalsium, serta magnesium.
 
Protein nabati dalam tempe berkualitas tinggi dan jumlahnya banyak. Bayangkan, 100 gram tempe mengandung sekitar 20 gram protein.
 
Selama proses fermentasi, jamur melepaskan enzim yang memecah beberapa karbohidrat dalam kacang kedelai, sehingga lebih mudah dicerna. Fermentasi yang sama juga memecah asam fitat – yang mengurangi penyerapan mineral seperti zat besi atau kalsium – dan akibatnya, tempe memiliki kadar asam fitat yang rendah, sehingga lebih banyak mineral yang dapat diserap.

Create By : Admin
Artikel Lainnya