Meski masih ada yang menganggap tempe sebagai makanan yang kurang bergengsi, tapi nyatanya tempe punya manfaat yang besar terhadap manusia. Beberapa penelitian membuktikan hal tersebut.
Mungkin karena harganya yang murah dan mudah didapat, mulai dari warung kecil hingga gerai ritel modern, orang jadi melihat tempe sebelah mata. Atau bisa juga karena tempe sering dilekatkan dengan idiom ‘mental tempe’ untuk merujuk pada kondisi mental yang lemah.
Padahal, meski murah, tempe itu bukan makanan murahan. Sejak dulu sejumlah penelitian dilakukan, dan menunjukkan hasil bahwa konsumsi tempe bisa mendatangkan kebaikan terhadap tubuh manusia.
Disadur dari Forum Tempe Indonesia, berikut ini beberapa penelitian yang dimaksud. Pertama adalah penelitian dengan topik ‘keberadaan oligosakarida tempe’, dengan hasil proses fermentasi tempe menurunkan kadar oligosakarida penyebab flatulensi (perut kembung).
Penelitian kedua dengan topik ‘efek penurun kolesterol tempe’ dengan hasil konsumsi tempe (non-goreng) 200 gram/per hari dapat mencegah kolesterol tinggi.
Tempe juga dipercaya bisa meningkatkan harapan hidup seseorang. Sebuah penelitian dengan topik ‘usia harapan hidup pengonsumsi tempe’ memperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan erat antara umur panjang dan kebiasaan makan tempe/kedelai (di Jepang).
Ada pula penelitian dengan topik ‘zat antidiare’ yang menghasilkan kesimpulan bahwa proses fermentasi pada tempe menghasilkan arabinan yang dapat mencegah terjadinya diare karena bakteri Escherichia coli.
Masih ada banyak penelitian lain yang menunjukkan betapa besar manfaat tempe terhadap manusia, yang hal ini diharapkan memupus keraguan kita untuk rajin mengonsumsi tempe. [*]