Ini Dia, Menu Berbahan Dasar Tempe Tertua di Nusantara
Sumber Gambar : Foto ilustrasi: www.canva.com
Banyak makanan di Tanah Air yang punya riwayat panjang dan menarik. Termasuk sambal tumpang atau sambal lethok, yang menurut cerita makanan ini sudah ada sejak ratusan tahun silam.
Pada tahun 1600, makanan ini didokumentasikan pertama kali oleh Pakubuwono V, pada saat dirinya berjalan-jalan ke daerah Tembayat, Klaten, Jawa Tengah. Di sana, ia dihidangkan sambel tumpang atau sambel lethok berbahan dasar tempe. Konon, masyarakat di sana mengenal tempe secara tidak sengaja ketika seseorang membawa kedelai hitam rebus dibungkus daun untuk bekal perjalanan. Namun, orang tersebut lupa untuk memakan bekalnya, dan munculah jamur-jamur rhizopus, yang kini dikenal sebagai ragi tempe.
Sampai tumpang menjadi salah satu kekayaan kuliner Nusantara. Makanan ini diolah dengan cara memasak tempe dalam santan berempah. Rasanya yang khas tempe semangit berpadu nikmat dengan rasa pedas-gurih dari aneka bumbu dan rempah. Sedikit berbeda dengan sambal tumpang adalah lethok dengan kuah lebih kental dan warna yang lebih pucat.
Bahan-bahan utama yang diperlukan untuk membuat sambal tumpang antara lain tempe yang sudah semangit, cabai merah dan rawit, bawang merah dan putih, serta santan. Tempe ini kemudian ditumis dengan aneka bumbu dapur dan santan, menciptakan paduan cita rasa yang luar biasa. Sambal tumpang biasanya disajikan bersama nasi dan berbagai macam lauk serta sayuran, memberikan sensasi nikmat bagi lidah yang mencicipinya.
Sambal tumpang kondang di dua daerah yaitu Solo (Jawa Tengah) dan Kediri (Jawa Timur). Keduanya mirip, yang membedakan adalah cara menyajikannya.
Di Kediri, sambal tumpang disiram di atas sayur-mayur rebus seperti yang biasanya dipakai untuk pecel. Sambal ini bisa dipakai sebagai alternatif pengganti sambal kacang pada pecel.
Di Solo, sambal tumpang biasanya langsung dituang ke atas nasi dengan tambahan sedikit daun singkong rebus. Di Solo, menyantap sambal tumpang jadi lebih lezat dengan karak atau krupuk dari beras. [*]
Pada tahun 1600, makanan ini didokumentasikan pertama kali oleh Pakubuwono V, pada saat dirinya berjalan-jalan ke daerah Tembayat, Klaten, Jawa Tengah. Di sana, ia dihidangkan sambel tumpang atau sambel lethok berbahan dasar tempe. Konon, masyarakat di sana mengenal tempe secara tidak sengaja ketika seseorang membawa kedelai hitam rebus dibungkus daun untuk bekal perjalanan. Namun, orang tersebut lupa untuk memakan bekalnya, dan munculah jamur-jamur rhizopus, yang kini dikenal sebagai ragi tempe.
Sampai tumpang menjadi salah satu kekayaan kuliner Nusantara. Makanan ini diolah dengan cara memasak tempe dalam santan berempah. Rasanya yang khas tempe semangit berpadu nikmat dengan rasa pedas-gurih dari aneka bumbu dan rempah. Sedikit berbeda dengan sambal tumpang adalah lethok dengan kuah lebih kental dan warna yang lebih pucat.
Bahan-bahan utama yang diperlukan untuk membuat sambal tumpang antara lain tempe yang sudah semangit, cabai merah dan rawit, bawang merah dan putih, serta santan. Tempe ini kemudian ditumis dengan aneka bumbu dapur dan santan, menciptakan paduan cita rasa yang luar biasa. Sambal tumpang biasanya disajikan bersama nasi dan berbagai macam lauk serta sayuran, memberikan sensasi nikmat bagi lidah yang mencicipinya.
Sambal tumpang kondang di dua daerah yaitu Solo (Jawa Tengah) dan Kediri (Jawa Timur). Keduanya mirip, yang membedakan adalah cara menyajikannya.
Di Kediri, sambal tumpang disiram di atas sayur-mayur rebus seperti yang biasanya dipakai untuk pecel. Sambal ini bisa dipakai sebagai alternatif pengganti sambal kacang pada pecel.
Di Solo, sambal tumpang biasanya langsung dituang ke atas nasi dengan tambahan sedikit daun singkong rebus. Di Solo, menyantap sambal tumpang jadi lebih lezat dengan karak atau krupuk dari beras. [*]
Create By : Admin
