Inovasi Kuliner Indonesia di Belanda dalam Pelatihan Pembuatan Tempe di KBRI Den Haag
Sumber Gambar : Foto-foto: Tangkapan layar Facebook DWP KBRI Den haag
Tempe, makanan khas Indonesia yang kaya protein, telah lama menjadi favorit masyarakat di Tanah Air. Dibuat dari kacang kedelai yang difermentasi oleh jamur Rhizopus oligosporus, kini tempe makin mendunia.
Pada Mei silam, Dharma Wanita Persatuan (DWP) KBRI Den Haag mengadakan workshop atau pelatihan pembuatan tempe. Acara ini tidak hanya menjadi ajang berbagi pengetahuan tentang makanan tradisional Indonesia, tetapi juga sebagai bentuk inovasi kuliner yang memanfaatkan bahan lokal di Belanda.
Pelatihan yang diprakarsai oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Den Haag, Yati Setiabudi ini juga bertujuan untuk memperkenalkan alternatif bahan dasar yang lebih mudah ditemukan di Belanda, yaitu chick peas (Cicer arietinum) atau yang biasa dikenal kacang arab.
Mengutip laman www.kompasiana.com, workshop ini dipandu oleh Adinda Farhanah Nursya’bani, seorang Mahasiswa Pendidikan Biologi UPI yang sedang melaksanakan Program Penguatan Profesional Kependidikan (P3K) di Sekolah Indonesia Den Haag (SIDH).
Laman itu juga menyebut bahwa tempe dengan bahan dasar chick peas memiliki rasa yang relatif sama dengan tempe berbahan dasar kacang kedelai. Hal ini menjadikannya alternatif yang baik untuk memenuhi kerinduan akan cita rasa Indonesia di negeri Belanda.
Workshop ini membuktikan bahwa jarak bukanlah penghalang untuk menikmati makanan khas Indonesia. Selain itu, acara ini juga menunjukkan bahwa fleksibilitas dalam pemilihan bahan baku hingga pengolahan tempe menjadi makanan siap santap membuka peluang inovasi yang luas bagi siapa pun untuk berkreasi. [*]