Tahukan Anda Kalau Tempe adalah Makanan yang Ramah Lingkungan?
Sumber Gambar : Foto ilustrasi: www.canva.com
Sejak berabad silam, tempe telah menjadi keseharian masyarakat di Nusantara. Bahkan semakin hari, makanan yang berasal dari fermentasi kacang kedelai dengan bantuan kapang Rhizopus spp ini sekarang tidak hanya digemari oleh masyarakat Indonesia, tetapi juga mulai dikenal di dunia.
Salah satu alasan tempe bisa diterima oleh banyak orang di dunia adalah karena kandungan nutrisinya yang sangat beragam dan bermanfaat bagi kesehatan. Makanan tradisional ini kaya akan protein nabati, serat, vitamin B12, serta mengandung probiotik yang baik untuk pencernaan.
Selain nilai gizinya yang tinggi, produksi tempe juga dinilai ramah lingkungan karena tidak memerlukan banyak sumber daya.
Untuk meningkatkan nilai gizinya, produksi tempe bisa dilakukan dengan konsep sustainable living. Konsep ini memungkinkan pembuatan tempe tanpa menggunakan plastik, sementara limbah berupa air pencucian kedelai dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman.
Konsep ini didemonstrasikan pada acara Good Nutrition Day yang diselenggarakan oleh Gugah Nurani Indonesia dalam rangka merayakan Hari Gizi Nasional di Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada Februari lalu.
Dilansir situs web Gugah Nurani Indonesia, Jessica Halim, Co-Founder Demi Bumi, menjelaskan cara membuat tempe secara sustainable living. Dia berbagi pengalamannya dalam berkebun untuk memenuhi kebutuhan dapur hingga bagaimana kebunnya dapat mendukung kehidupan makhluk hidup lainnya.
Pengolahan tempe Good Nutrition Day juga diisi dengan workshop pembuatan tempe. Pada sesi ini Jessica juga menunjukkan cara kreatif membuat tempe yang menarik bagi anak-anak. Bahan yang digunakan bukan hanya kedelai putih biasa, tetapi juga kacang kedelai hitam dan kacang merah yang diwarnai secara alami dengan bunga telang dan buah naga.
Selain workshop pembuatan tempe, acara Good Nutrition Day juga mengadakan diskusi bertema “Pemanfaatan Pangan Lokal untuk Anak”. Seorang dokter sekaligus edukator MPASI, dr. Shane Tutty Cornish, CBS, IBCLC, menjadi pembicara dalam diskusi ini berbagi informasi tentang kekayaan gizi pangan lokal. Materi lain yang dibahas termasuk Food Chaining, yaitu cara mengubah kebiasaan makan anak dari makanan tidak sehat ke makanan sehat.
Acara ini tentu kembali mengingatkan kita bahwa sebagai makanan luhur warisan nenek moyang, tempe telah membuktikan dirinya bahwa ia tidak hanya sebagai sumber nutrisi berkualitas tinggi, tetapi juga sebagai simbol kebijaksanaan kuliner yang berkelanjutan.
Pada masa di mana dunia semakin mencari solusi pangan yang sehat dan ramah lingkungan, tempe hadir sebagai jawaban yang telah teruji oleh waktu selama ratusan tahun. Ini juga menjadi sebuah perpaduan sempurna antara tradisi kuno dan kebutuhan modern. [*]