Tak Ada Ikan, Tempe Pun Jadi: Saatnya Luruskan Mitos Kedelai GMO

Sumber Gambar : Foto ilustrasi: www.canva.com
Pada pertengahan April 2025, tersiar kabar kenaikan harga ikan di Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah. Hal ini mendorong masyarakat untuk mencari alternatif sumber protein yang lebih terjangkau, salah satunya tempe. Selain murah, tempe dikenal sebagai sumber protein nabati yang kaya gizi dan mudah diolah dalam berbagai jenis masakan.
 
Menurut laporan RRI dari Tolitoli, kenaikan harga ikan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Banyak warga memilih untuk mengurangi konsumsi ikan dan beralih ke tempe sebagai sumber protein. Kondisi ini memperkuat posisi tempe sebagai makanan yang tak hanya ekonomis, tapi juga menyehatkan.
 
Kabar akan manfaat tempe kini sudah tersebar hingga ke seantero dunia. Semakin banyak orang menyadari bahwa selain harga yang terjangkau, rasa yang lezat, dan fleksibilitas dalam pengolahan, tempe juga mendatangkan banyak manfaat bagi kesehatan. Namun, di balik popularitasnya, masih beredar informasi terkait bahaya tempe karena berbahan dasar kedelai genetically modified organism (GMO), yang menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat.
 
Mengutip dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada 2023, GMO adalah organisme yang materi genetiknya telah diubah secara sengaja menggunakan teknik rekayasa genetika modern. Dalam konteks pertanian, seperti kedelai GMO, teknologi ini dikembangkan untuk meningkatkan hasil panen, ketahanan terhadap hama, dan efisiensi produksi, sebagai bagian dari strategi menghadapi tantangan ketahanan pangan global.
 
Kekhawatiran terhadap kedelai GMO umumnya bersumber dari asumsi bahwa produk rekayasa genetika berpotensi memicu gangguan kesehatan. Namun,
 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan bahwa makanan GMO yang saat ini tersedia di pasar internasional telah lulus penilaian keamanan dan tidak menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia. Selain itu, tidak ada efek pada kesehatan manusia yang ditunjukkan sebagai akibat dari konsumsi makanan tersebut oleh masyarakat umum di negara-negara tempat makanan tersebut telah disetujui. Penerapan penilaian keamanan yang berkelanjutan berdasarkan prinsip-prinsip Codex Alimentarius dan, jika sesuai, pemantauan pasca pasar yang memadai, harus menjadi dasar untuk memastikan keamanan makanan GMO.
 
Di Indonesia sendiri, Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui laman Kominfo Digital melansir turnbackhoax.id menyebutkan bahwa produk kedelai GMO yang dikonsumsi warga Indonesia sudah dipastikan aman konsumsi oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Create By : Admin
Artikel Lainnya