Ini Bukti Bahwa Tempe Baik untuk Kesehatan Otak, Terutama Mendukung Memori
Sumber Gambar : Foto ilustrasi: www.canva.com
Demensia. Secara singkat, ini adalah penurunan fungsi kerja otak secara progresif. Banyak orang memahami hal ini sama dengan pikun; padahal demensia punya gangguan yang lebih berat dari kondisi pikun.
Selain demensia, ada pula istilah alzheiner. Apa bedanya? Seperti yang sudah disebutkan, demensia adalah istilah yang mengacu pada serangkaian gejala yang memengaruhi kemampuan kognitif, sedangkan penyakit alzheimer adalah jenis demensia spesifik yang ditandai dengan hilangnya memori progresif dan penurunan kognitif.
Lantas, kita bisa apa untuk menekan penurunan tersebut? Salah satunya dengan menjalankan pola hidup sehat dan mengonsumsi makanan yang bisa mendukung kesehatan otak, seperti tempe.
Tempe telah lama dikenal sebagai pangan fermentasi khas Indonesia yang kaya nutrisi. Selain manfaat kesehatannya yang sudah banyak diteliti, konsumsi tempe juga mulai dikaitkan dengan peningkatan fungsi kognitif karena di dalamnya didapati mengandung bakteri yang baik untuk kesehatan otak, terutama mendukung daya ingat atau memori.
Hal itu dirangkum dari sebuah studi eksperimental yang diterbitkan di jurnal Dementia and Geriatric Cognitive Disorders. Studi ini dilakukan dengan melibatkan 90 responden lansia yang mengalami gangguan kognitif ringan (mild cognitive impairment/MCI). Di dalamnya, para peserta dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu kelompok A yang mengonsumsi 100 gram tempe A per hari, kelompok B yang mengonsumsi 100 gram tempe B per hari, dan kelompok C atau kelompok kontrol tanpa konsumsi tempe.
Penelitian ini berlangsung selama enam bulan. Kemampuan berpikir dan daya ingat para peserta diuji sebelum dan sesudah masa konsumsi tempe. Di akhir penelitian, kadar asam urat dalam darah mereka juga diperiksa untuk melihat apakah ada pengaruh dari konsumsi tempe.
Peserta yang ikut dalam studi ini adalah lansia berusia 60 tahun ke atas yang mengalami gangguan ringan pada daya ingat dan bersedia tidak mengonsumsi makanan fermentasi lainnya selama penelitian. Mereka yang memiliki riwayat diabetes tidak diikutsertakan dalam studi ini. Hasil penelitian Di akhir penelitian, ada 84 orang lansia yang berhasil mengikuti program sampai selesai. Sebagian besar peserta adalah perempuan dan berusia di atas 65 tahun. Hasilnya cukup menggembirakan—kemampuan berpikir secara umum meningkat pada peserta yang rutin mengonsumsi tempe, baik Tempe A maupun Tempe B. Yang menarik, hanya kelompok yang makan Tempe A yang juga menunjukkan peningkatan dalam kemampuan berbahasa.
Jadi, kesimpulannya, konsumsi tempe—baik Tempe A maupun Tempe B—selama enam bulan memberikan manfaat dalam meningkatkan fungsi kognitif global pada lansia dengan gangguan kognitif ringan. Tempe A, yang mengandung jumlah mikroorganisme lebih rendah dibanding Tempe B, juga dikaitkan dengan peningkatan kemampuan bahasa. Temuan ini membuka peluang bagi tempe untuk dimanfaatkan sebagai bagian dari intervensi nutrisi dalam menjaga kesehatan otak lansia. [*]