Tak ada rotan, akar pun jadi. Peribahasa ini mungkin tepat menggambarkan kacang koro, yang bisa menjadi pengganti kedelai untuk pembuatan tempe.
Tempe sudah jadi makanan rakyat sejak ratusan tahun silam. Serat centhini, yang di dalamnya menyebut ‘tempe’, menjadi bukti.
Di dalam kumpulan tulisan Raja Pakubuwono V abad XVI itu ada kata-kata “brambang jahe santen tempe” pada jilid III, kemudian “kadhele tempe srundengan” pada jilid XII.
Terkait hal tersebut, sebagaimana dilansir artikel di harian Kompas, Guru Besar Bidang Pangan, Gizi, dan Kesehatan Institut Pertanian Bogor (IPB) Made Astawan mengatakan, 'Dhele” dalam bahasa Jawa Kawi artinya hitam. Ini merujuk pada kacang kedelai hitam yang banyak ditanam di wilayah Kerajaan Mataram Jawa Tengah. Hal ini, kata Made, menunjukkan bahwa tempe sudah hadir sebelum kedelai kuning dari Manchukuo, China utara, banyak ditanam.
Ternyata bukan Cuma kedelai yang bisa dijadikan bahan baku tempe. Kacang koro pedang atau Canavalia ensiformis pun bisa dijadikan tempe. Bahkan menurut Agus Somamihardja, Pendiri dan Ketua Koperasi BUMR Paramasera, Bogor; Anggota Komisi Teknis Pangan dan Pertanian Dewan Riset Nasional (DRN) 2019-2020 dalam tulisannya di kompas.id pada 13 Agustus 2021, kacang ini jadi calon terkuat bahan baku tempe.
Manfaat kacang koro juga ternyata tak main-main. Healthline, sebagaimana dilansir klikdokter, memaparkan beberapa kandungan dalam 170 gram kacang koro: 187 kalori, 33 gram karbohidrat, 13 gram protein, 9 gram serat, Kalium (13 persen nilai gizi harian) serta tiamin/vitamin B1 dan Seng (11 persen nilai gizi harian).
Kehadiran tempe koro sebagai pengganti kedelai juga tampaknya semakin luas dan sudah diterima oleh banyak orang. Buktinya, tempe berbahan dasar kacang koro dengan mudah bisa didapat di lokapasar (marketplace) dengan banderol harga yang terbilang sangat terjangkau. Jadi, kalau penasaran dengan rasanya, bisa langsung pesan. [*]