Krisis air yang semakin luas di masa depan bukannya tak mungkin. Sumber daya air yang terbatas, populasi yang terus bertambah, serta perubahan iklim bisa membuat krisis itu semakin parah. Perlu langkah nyata dan berkelanjutan untuk meminimalkannya, untuk kita dan untuk semua.
Keberlanjutan (sustainability) adalah kata kunci untuk mengatasi bermacam persoalan lingkungan saat ini. Kata ini bukan sekadar jargon, bukan pula tren sesaat, tapi sebuah aksi nyata bagi petani kedelai di AS. Bermula pada April 1935 saat Kongres AS mengesahkan Undang-undang Konservasi Tanah, yang kemudian menjadi landasan bagi sebagian besar metode pertanian keberlanjutan di AS.
Semua itu dipadukan pula dengan peraturan konservasi dan praktik atau metode pertanian terbaik yang memungkinkan petani bisa menghemat air, mencegah erosi tanah, dan mengurangi penggunaan energi. Praktik yang dimaksud antara lain menerapkan metode tanaman penutup tanah, yang ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan karena erosi. Cara ini juga ditujukan atau untuk mempertahankan unsur hara di lahan.
Praktik lain adalah menggunakan penggunaan potongan rumput atau tumbuh-tumbuhan untuk memerangkap unsur hara dan nutrisi untuk tanah lainnya yang berharga agar tidak terbawa oleh hujan deras. Mengutip American Soybean Association, dengan memperlambat air, langkah ini menyaring sekitar 50% nutrisi dan pelindung tanaman.
Hasil dari semua langkah yang telah dilakukan itu adalahpara petani itu bisa menghasilkan lebih banyak dengan usaha lebih sedikit. Hasil ini juga membantu memenuhi peningkatan kebutuhan pangan bagi populasi yang terus berkembang.
Hasil lain, yang patut diacungi jempol, sebagaimana dilansir www.solutions.ussoy.org adalah menurunnya emisi gas rumah kaca, peningkatan efisiensi penggunaan air irigasi sebesar 60%, peningkatan efisiensi penggunaan lahan sebesar 48%, peningkatan efisiensi penggunaan energi sebesar 46%, peningkatan konservasi tanah sebesar 34%, serta meningkatkan produksi kedelai sebesar 130% dengan menggunakan jumlah lahan yang kurang lebih sama.
Patut pula dicatat bahwa antara tahun 1997 dan 2017, lahan hutan AS meningkat sebesar 742.000 hektar sementara lahan pertanian berkurang sebesar 3,6 juta hektar. [*]